Rabu, 25 November 2009

Wartawan Dibantai, Keadaan Darurat Diterapkan di Filipina Selatan

Aparat keamanan mengangkut seorang korban pembantaian di perbukitan Datu Ampatuan, Provinsi Maguindanao, Filipina selatan, Selasa (24/11). Sejumlah wartawan dan keluarga politisi lokal menjadi korban persaingan politik, dalam rangka memperebutkan posisi gubernur pada pemilu Mei 2010. Filipina sudah terbiasa menghadapi pembunuhan bertujuan politik menjelang pemilu. (Foto : AP Photo/Aaron Favila)***
FILIPINA SELATAN
Wartawan Dibantai, Keadaan Darurat Diterapkan

AMPATUAN,Selasa - Pemerintah Filipina memberlakukan keadaan darurat di dua provinsi di bagian selatan negara itu, menyusul pembantaian terhadap 46 orang oleh sebuah kelompok bersenjata. Pembunuhan terkait pemilihan umum itu menewaskan puluhan jurnalis.

”Ada keperluan mendesak untuk mencegah dan menekan terjadinya insiden kekerasan serupa,” kata juru bicara Pemerintah Filipina, Cerge Remonde, Selasa (24/11), saat mengumumkan pemberlakuan darurat itu.

Dua provinsi itu adalah Provinsi Maguindanao dan Provinsi Sultan Kudarat, dan juga kota Cotabato. Pemberlakuan keadaan darurat itu memberikan kekuasaan besar kepada polisi dan tentara untuk melakukan penangkapan dan penahanan. Perintah itu diberikan pada saat tentara, dengan menggunakan sekop dan tangan telanjang, berusaha membongkar kuburan untuk menemukan mayat para korban.

Juru bicara polisi, Leonardo Espina, mengatakan, 46 mayat telah ditemukan.

Polisi dipecat

Presiden Gloria Macapagal- Arroyo memerintahkan pengiriman tentara tambahan ke wilayah itu dan memecat Kepala Kepolisian Maguindanao.

”Semua upaya akan dilakukan untuk memberikan keadilan kepada para korban dan pertanggungjawaban para pelaku akan sangat maksimal sesuai dengan aturan hukum,” ujar Arroyo.

Pada mayat korban terdapat lubang peluru dan luka tersayat parang. Beberapa dari lelaki yang tewas itu tangannya diikat di belakang dan salah seorang perempuan korban tengah hamil.

Kebanyakan korban adalah perempuan dari klan Mangudadatu yang berkuasa. Warga klan itu dengan didampingi beberapa pengacara dan para jurnalis dalam perjalanan untuk menyampaikan formulir pencalonan salah seorang warga klan mereka untuk pemilu Mei 2010.

Berebut jabatan gubernur

Ketika itu, para lelaki dari klan itu tidak ada yang ikut karena meyakini para perempuan tidak akan diserang oleh rival-rival mereka. Namun, konvoi rombongan itu kemudian dicegat oleh sekitar 100 lelaki bersenjata, yang kemudian menggiring mereka menjauh dari jalan raya, dan kemudian menembaki mereka dengan senapan M-16 serta menyerang dengan parang.

Salah seorang korban adalah Genalyn Tiamzon-Mangudadatu, yang suaminya, Esmael, ingin berkompetisi untuk jabatan gubernur melawan Datu Andal Ampatuan, ketua keluarga berkuasa lainnya di pulau itu.

Ampatuan, sekutu Arroyo, telah terpilih sebagai gubernur Maguindanao tiga kali. Salah satu anaknya adalah gubernur wilayah otonom Muslim Mindanao, wilayah yang mencakup enam provinsi. Keluarga Ampatuan sejauh ini tidak berkomentar apa pun mengenai kejadian itu. (AP/AFP/Reuters/OKI)***

Source : Kompas, Rabu, 25 November 2009 | 04:20 WIB



Tidak ada komentar:

Posting Komentar