Minggu, 16 Juni 2013

INFLASI PASCA KENAIKAN BBM 17 JUNI 2013


Pemerintah Harus Mampu Kendali Inflasi Pasca Kenaikan BBM

Artikel dimuat pada: 15 Jun 2013, 00:19:00 WIB
Medan, (Analisa). Pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia harus mampu mengendalikan tekanan inflasi tinggi pasca kenaikan bahan bakar minyak (BBM) termasuk dalam bulan suci Ramadhan 1434 H.
Rencana pemerintah menaikkan harga BBM hanya menanti ketukan palu, maka harga barang pun terutama  bahan kebutuhan pokok  langsungmelonjak.

“Justru itu pemerintah diminta harus mampu menekan angka inflasi tinggi pasca kenaikan harga BBM   dan memasuki bulan suci Ramadhan”, kata pengamat ekonomi Vincent Wijaya menjawab Analisa di Medan, Jumat (14/6).

Dia memprediksikan tingkat inflasi pasca kenaikan harga BBM mencapai 7-8%, seiring  melonjak harga bahan kebutuhan pokok dan transportasi.

“Pemerintah tak cuma menjamin ketersediaan dan stabilitas harga pangan. Tapi juga bisa menjamin kelancaran distribusi bahan kebutuhan pokok tersebut hingga ke pelosok daerah”,  ujar Vincent.

Praktisi bisnis ini mengatakan pemerintah memang menghadapi tantangan berat dalam mengendalikan angka inflasi tinggi. Soalnya penyesuaian harga BBM bersamaan pula menjelang bulan puasa.

“Biasanya setiap menjelang  puasa, harga barang merangkak naik karena permintaan meningkat. Sehingga tahun ini masyarakat dua kali terbebani kenaikan harga bahan kebutuhan pokok. Ya, terpaksa ikat pinggang”, ucap Vincent.

Jika pemerintah pusat dan daerah katanya tidak siap menekan angka inflasi, jelas pendapatan masyarakat akan habis terkuras.

“Itu sebabnya ketersediaan pangan, kelancaran distribusi dan stabilitas harga jangan sampai lepas kendali pula”, kata Vincent seraya menambahkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dituntut bekerja lebih keras.

BI Rate

Menyinggung tentang kenaikan BI Rate dari 5,75 % menjadi 6 %, Vincent mengatakan BI terpaksa menaikan suku bunga acuan untuk  menekan inflasi  tidak terlalu tinggi. Sekaligus mengendalikan kurs rupiah tidak terlalu jauh terperosok dari dollar AS.

Menaikkan BI Rate  sebesar 25 basis poin itu juga tidak terlepas untuk mengantisipasi keluarnya uang panas atau hot money di bursa saham. 

“Tapi ini belum tentu bisa mencegah  capital outflow. Soalnya sangat tergantung dari iklim investasi itu sendiri”, kata Vincent // sumber harian analisa //. (bay)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar