Kamis, 08 Agustus 2013

Jepang Trauma Dengan Nuklir


Hiroshima Peringati Letusan Bom Atom
Henri Loedji


(dok/AP Photo)
Sebagian warga Jepang masih trauma dengan nuklir.

HIROSHIMA – Puluhan ribu orang berkumpul di taman peringatan Hiroshima, Selasa (6/8), untuk mengenang dijatuhkannya bom atom oleh pasukan AS di kota itu 68 tahun silam.
 
Para penyintas yang usianya sudah lanjut, kerabat korban, pejabat pemerintah, dan delegasi asing ikut dalam upacara. Mereka bersama-sama menundukkan kepala dan mengheningkan cipta pada pukul 08.15 waktu setempat (06.15 WIB) yang merupakan waktu meletusnya bom.

Bom dijatuhkan pesawat pengebom B-29 bernama Enola Gay pada 6 Agustus 1945. Peristiwa itu menjadi salah satu bagian dari tahap akhir Perang Dunia II. Jumlah korban tewas akibat pengeboman itu diperkirakan mencapai 140.000 jiwa. Tiga hari kemudian, kota pelabuhan Nagasaki juga dibom.

AS, yang didukung negara-negara sekutunya, berusaha mencari pembenaran tindakan militer itu dengan mengatakan pembumihangusan Hiroshima dan Nagasaki ikut mempercepat menyerahnya Jepang. Bom atom dipandang sebagai pilihan terbaik ketimbang serangan darat yang bisa mengakibatkan lebih banyak korban.

Dalam peringatan kali ini, Jepang memperkenalkan kapal perang barunya yang disebut-sebut sebagai yang terbesar sepanjang masa damai. Kapal sepanjang 248 meter ini mampu mengangkut sembilan helikopter.

Pembuatan kapal ini diduga untuk meningkatkan determinasi Jepang terhadap China dan Korea Selatan. Jepang punya masalah perbatasan dengan dua negara tetangganya itu.

Peringatan tahun lalu ikut dihadiri Clifton Truman Daniel, cucunya Harry Truman, presiden AS waktu itu yang memerintahkan pengeboman. Clifton menjadi kerabat Truman pertama yang menghadiri peringatan tahunan peristiwa itu di Jepang.

Banyak penyintas bom atom, yang dikenal sebagai “hibakusha”, menentang pemanfaatan tenaga nuklir untuk militer dan sipil. Mereka masih trauma dengan ledakan yang langsung membunuh puluhan ribu orang di Hiroshima dan banyak lagi yang meninggal kemudian karena radiasi dan kanker.

Sentimen antinuklir kembali mencuat di Jepang setelah gempa bumi disusul tsunami, dua tahun silam, yang menyebabkan 19.000 orang tewas atau hilang. Bencana itu dperparah oleh rusaknya sistem pendingin pembangkit nuklir Fukushima Daiichi yang membuat radiasi menyebar lewat udara dan air laut. Lebih dari 100.000 orang harus meninggalkan rumahnya untuk menghindari radiasi.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengatakan sebagai satu-satunya negara yang pernah mengalami serangan nuklir, Jepang berkewajiban menghapus senjata nuklir dari muka bumi. Namun Jepang akan terus memanfaatkan tenaga nuklir untuk kepentingan sipil dan siap menghidupkan kembali reaktor Fukushima dengan standar keselamatan yang lebih baik.

Wali Kota Hiroshima Kazumi Matsui mendukung rencana pemerintah menghidupkan kembali reaktor nuklir dan rencana mengekspor teknologi nuklir ke negara lain.
 
“Pada musim panas ini, Jepang timur masih merasakan akibat dari gempa bumi dan kecelakaan nuklir. Mereka masih berjuang membangun kembali rumahnya. Rakyat Hiroshima tahu betul beratnya pemulihan,” kata Matsui.

“Kami mendesak pemerintah nasional untuk dengan segera membangun dan menerapkan kebijakan energi yang bertanggung jawab yang menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama,” ujarnya. (AFP/CNN)
Sumber : AFP/CNN///SH.Com//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar