Selasa, 15 September 2009

Gelombang Aksi Protes Wartawan Hongkong

AFP PHOTO/ ANTONY DICKSON

Wartawan Hongkong yang pernah ditahan, Ching Cheung (kanan), berbicara kepada para wartawan pengunjuk rasa sebelum mereka berbondong-bondong ke kantor penghubung pemerintah pusat China di Hongkong, Minggu (13/9). Mereka minta Beijing menghentikan aksi kekerasan terhadap wartawan.

KEKERASAN

Protes Wartawan Hongkong Berlanjut

HONGKONG - Ratusan wartawan berunjuk rasa di Hongkong, Minggu (13/9), karena polisi China dinilai brutal menganiaya tiga rekan mereka ketika meliput serangan jarum suntik di Xinjiang.

Sekitar 700 orang yang mengenakan pakaian hitam dan membawa plakat melakukan aksi jalan bersama untuk menyerukan agar pemerintah Xinjiang meminta maaf kepada para wartawan dan meminta Beijing menghentikan tekanan kepada media.

Pada 4 September, wartawan TVB, Lam Tsz-ho, dan juru kameranya, Lau Wing-chuen, serta juru kamera Now TV, Lam Chun-wai, dilaporkan telah diikat, dipukuli, dan ditahan polisi ketika mereka meliput aksi protes di Urumqi.

Dalam jumpa pers beberapa hari setelah kejadian itu, juru bicara pemerintah daerah Xinjiang, Hou Hanmin, menyatakan penyesalannya. Namun, dia juga menyalahkan wartawan karena meliput kekerasan itu.

Mak Yin-ting, Ketua Asosiasi Wartawan Hongkong, mengatakan, para pekerja media sangat marah karena kekerasan terhadap wartawan itu. ”Kekerasan itu sama saja seperti menghambat kebebasan pers. Ini bukan kejadian satu-satunya. Tahun lalu, banyak sekali wartawan yang dipukuli ketika meliput di China,” ujar Mak.

Situasi menjadi semakin buruk. Asosiasi Wartawan Asing Hongkong yang juga mengorganisasi aksi protes tersebut mengatakan, Beijing seharusnya bertindak melakukan investigasi penuh atas kejadian itu serta memublikasikan hasilnya.

”Ini pertama kalinya kejadian yang menimpa wartawan menjadi pembicaraan seluruh warga Hongkong, termasuk kalangan pejabat senior dan delegasi Kongres Rakyat Nasional. Mereka mengecam kekerasan terhadap wartawan itu,” ujar Tom Mitchell, Ketua Asosiasi Wartawan Asing Hongkong.

Para pemrotes, termasuk pula tokoh politisi prodemokrasi, berjalan beriringan menuju Kantor Perwakilan Pemerintah Pusat dan menyegel pintu depannya dengan pita merah. Politisi pro-Beijing tidak turut dalam aksi tersebut, tetapi turut mengecam tindakan itu. Delegasi lokal untuk Kongres Rakyat Nasional juga mengusulkan agar Beijing menyelidiki hal itu.

Agustus lalu, Pemerintah China juga menahan dua wartawan TV Hongkong karena meliput pengadilan aktivis Tan Zuoren yang diadili karena runtuhnya banyak sekolah ketika terjadi gempa bumi di ibu kota Sichuan, Chengdu. Wartawan itu mengatakan, polisi menggeledah kamar hotel mereka selama tujuh jam setelah menerima laporan bahwa para wartawan itu memiliki obat terlarang. Tidak ada obat terlarang yang ditemukan dan akhirnya para wartawan itu dilepaskan. Polisi dianggap mengada-ada agar wartawan tidak dapat meliput sidang. (AFP/joe)***

Source : Kompas, Senin, 14 September 2009 | 05:33 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar