Minggu, 26 Januari 2014

Ketua LSM PELOPOR Indramayu Jabar pantau banjir






INDRAMAYU DIKEPUNG BANJIR

INDRAMAYU,kba ajiinews

Hujan deras terus menerus mengguyur kabupaten Indramayu, selama lima hari mengakibatkan kota mangga ini dikepung banjir di sejumlah kawasan pemukiman dan ruas jalan utama.
            Banjir bandang ini tidak hanya melumpuhkan jalur penghubung antar kecamatan menuju pusat kota saja tetapi juga melumpuhkan sektor perekonomian bumi Wiralodra (sebutan kota Indramayu red.). disebutkan sejumlah perkantoran dan pusat perekonomian tidak berjalan seperti biasanya akibat banjir yang masih menggenangi sebagian wilayah Indramayu.
            Seperti jalur yang menghubungkan pusat kota dengan kecamatan Jatibarang sekitarnya, tepatnya di desa Jatisawit hingga Desa Krasak ketinggian air mencapai sekitar 80 cm. Sehingga tidak dapat dilalui oleh kendaraan bermotor, dan para pengendara yang menuju kota harus memutar hingga puluhan kilometer.
            Hal senada juga sama seperti jalur timur Indramayu yaitu di ruas jalan Balongan, ketinggian air didaerah ini mencapai satu meter lebih. Tidak hanya itu banjir yang melanda kawasan ini menerpa empat desa di sekitarnya seperti Desa Singaraja, Singajaya, Tegalurung dan Desa balongan bahkan puluhan hektar tambak rata seperti lautan.
            Menurut data yang berhasil di himpun kba ajiinews, banjir yang melanda di sejumlah wilayah Kab. Indramayu diakibatkan karena jebolnya sejumlah tanggul dan saluran irigasi serta sistem drynase yang buruk. Hal serupa juga di sampaikan Nanang ketua LSM Pelopor mengatakan bahwa banjir tahun ini sangat parah, mengingat sepuluh tahun terakhir kawasan kota Indramayu sudah tidak dilanda banjir. Kalaupu ada hanya sebagian kecil saja dan tidak sampai mengakibatkan lumpuhnya perekonomian kota.
            “Pemerintah daerah dan balai besar waduk dan sungai cimanuk dan cisanggarung (BBWSC) harus bertanggung jawab penuh atas banjir yang melanda Indramayu. Kita lihat berapa miliar kerugian masyarakat karena banjir jadi sudah sepantasnya pemkab bertanggung jawab”. Tegasnya.
            Nanang pun menambahkan, banjir yang terjadi ini dikarenakan ketidak becusan pemkab dalam mengawasi setiap pekerjaan infrastruktur pengairan. Ini terbukti banyaknya tanggul yang jebol, normalisasi sungai yang amburadul serta di perparah jebolnya Tanggul penahan tanah (TPT), padahal TPT yang jebol itu usia nya baru hitungan bulan pasca pembangunan. (fey pangkasepna)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar