Jumat, 14 Januari 2011

179 Orang Disekusi Mati di Negar Iran

Kasus Narkoba Dan Pemerkosaan Dihukum Mati

TEHERAN -"kab.ajiinews"

Tujuh orang yang terbukti melakukan perdagangan narkoba dan seorang yang memerkosa gadis berusia belasan tahun menjalani hukuman gantung di Iran, Rabu (12/1).

Eksekusi ini menggenapi jumlah 28 orang yang bernasib sama di negara itu. Sebagian besar mereka adalah para pedagang narkoba. Paling tidak 179 orang dieksekusi hingga tahun 2010.
Kantor berita IRNA, Rabu menyebutkan, eksekusi terhadap pemerkosa itu dilakukan dengan menggantungnya di penjara Evin Teheran. Terpidana itu dihukum karena menculik dan memerkosa seorang gadis berusia belasan tahun. Tujuh orang lainnya menjalani hukuman gantung, tanpa menyebutkan tempat pelaksanaannya.

Iran, bersama dengan China, Arab Saudi dan Amerika Serikat, merupakan salah satu negara yang paling banyak mengeksekusi hukuman mati setiap tahun. Kebanyakan yang dieksekusi adalah para pelaku pembunuhan, perkosaan, perampokan bersenjata dan perdagangan narkoba. Uniknya, perzinaan juga tak luput dari hukuman ini.

Sementara itu, salah satu pengarang buku terlaris dunia, Paulo Coelho, menuduh Iran melarang bukunya beredar di negara tersebut. Penulis asal Brasil itu mengklaim, bukunya yang sudah disensor penerbit di Iran, Arash Hejazi, juga masih dilarang Menteri Kebudayaan Iran tanpa penjelasan. Terhadap larangan ini, Menteri Kebudayaan Brasil Ana de Hollanda mengatakan akan mendiskusikan hal ini dengan Menteri Luar Negeri Antonio Patriota. (ap/strait times/rik)

Bom Bunuh Diri di Kantor Polisi, 25 Tewas
nISLAMABAD - Ledakan bom mobil bunuh diri di kantor polisi dekat Kota Bannu di Pakistan barat laut, Rabu (12/1) malam, setidaknya sudah menewaskan 25 orang. Bom ditempatkan pada saat sebuah mobil berisi bahan peledak ditabrakkan ke dalam satu kantor polisi, 14 kilometer dari Bannu. Belum diketahui siapa pelaku peledakan. Namun, Taliban Pakistan (TTP) menyatakan bertanggung jawab atas terjadinya ledakan itu.

Dalam wawancara per telepon, sumber-sumber yang tak bersedia disebut namanya sebagaimana diberitakan Xinhua, mengatakan bahwa 17 personel Korps Garis Depan dan delapan warga sipil tewas dalam ledakan yang berlangsung sekitar pukul 18.00 waktu setempat.
Sementara itu, pemberitaan media lokal yang dikutip kantor berita OANA menyebutkan, ledakan itu menghancurkan kantor polisi tersebut dan merusak sebuah masjid serta satu sekolah dasar yang ada di dekatnya. Media lokal mengutip sumber-sumber rumah sakit mengatakan, sekitar 17 orang terluka dalam ledakan itu.

Ledakan ini adalah ledakan ketiga yang terjadi di Pakistan pada hari yang sama. Sebelum itu, sekitar pukul 14.00 waktu setempat, dua ledakan terjadi di Peshawar, sebuah kota timur laut Bannu di provinsi barat laut Pakhtunkhwa Khyber, menewaskan dua wanita dan tujuh lainnya terluka termasuk tiga anak.
Tiga ledakan itu bertepatan dengan kunjungan yang dilakukan Wakil Presiden AS Joe Biden ke Pakistan, yang tiba di Islamabad, Rabu, untuk kunjungan satu hari setelah mengakhiri lawatan singkat di negara tetangga Afganistan.
(rik)

Tunisia Berlakukan Jam Malam
nTUNIS - Kerusuhan yang disebabkan menurunnya perekonomian Tunisia menjadikan dasar pemerintah negara itu untuk memberlakukan jam malam mulai Rabu (12/1). Suasana ibu kota Tunis juga diwarnai penggelaran pasukan di mana-mana. Ini adalah pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir personel truk lapis baja dan tank ringan terlihat di ibu kota. Menteri Komunikasi Tunisia Samir Laabidi sebelumnya mengatakan 21 orang telah tewas dalam bentrokan di Tunisia.

Kementerian dalam negeri Tunisia mengumumkan jam malam di wilayah Grand Tunis dimulai pukul 20.00 Rabu sampai 05.30 waktu setempat Kamis setelah kerusuhan menyebar di ibu kota.
Menteri Dalam Negeri Rafik Belhadj Kacem beberapa jam sebelumnya menyerukan agar Perdana Menteri Tunisia Mohammed Ghannouchi mengerahkan pasukan di bagian-bagian tertentu dari negara untuk melindungi gedung-gedung resmi dari pembakaran dan penjarahan.

Kerusuhan kemarin adalah yang terburuk sejak maraknya demonstrasi yang berihwal dari kodisi perekonomian yang makin buruk . Rakyat, utamanya pemuda di berbagai wilayah, marah terhadap naiknya harga pangan dan bahan bakar serta tingkat pengangguran yang tinggi.

Untuk meredam aksi ini, Senin lalu, Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali berjanji memberikan 300.000 kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi yang telah menganggur selama lebih dari dua tahun. Namun, rupanya masyarakat belum reda melakukan aksinya.suara pembaruan on line (oana/xinhua/rik)-//kba.ajiinews//

Tidak ada komentar:

Posting Komentar